Sebagai warga Negara tentu kita mengharapkan agar penyelenggara Negara dan pejabat Negara adalah orang-orang yang punya integritas dan punya loyalitas terhadap bangsa dan Negara Indonesia. Dengan orang-orang yang berjuang tanpa pamrih dan mendapat imbalan sesuai dengan jasa dan keringatnya saja menjadikan suatu Negara menjadi kuat, tidak terkecuali dengan Indonesia.
Lemahnya penegakan hokum, hokum hanya mengenai orang-orang yang makan tempe, sedangkan orang-orang yang biasa makan dapat sulit sekali tersentuh hokum. Tahun ini merupakan titik nadir dari jatuhkan aparat hokum di Indonesia. Polisi tidak lagi dipercaya karena mereka seolah identik dengan korupsi dan rekayasa kasus. Dari kasus maling ayam sampai ke kasus ngemplang duit milyaran sulit sekali jika sudah berhadapan dengan polisi. Saking jengkelnya masyarakat ada yang mengatakan jika kita kehilangan ayam, maka jika berurusan dengan polisi akan kehilangan kambing.
Hal ini, dilandasi oleh beberapa factor, dimana sudah menjadi rahasia umum sulit sekali mencari polisi yang jujur, karena perekrutan, pendidikan, naik pangkat dan jabatan dan apapun selalu ada permainan baik “jasa pelicin” maupun “kolega orang hebat”. Ambruknya citra polisi di masyarakat harus segera di angkat jika martabat bangsa dan Negara ingin di tegakan baik di dalam maupun di luar negeri.
Polisi harus mampu mereposisi diri bahwa begitu jeleknya image polisi di benak masyarakat, darimana harus memulai ?, Sebuah pertanyaan yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Berbagai elemen sudah terjangkit, cara yang paling baik adalah bersama-sama dan dimulai dari lini paling atas “Kapolri”, kita membutuhkan seorang Kapolri yang mampu mengendalikan anak buahnya.
Kapalri harus mampu menindak tegas semua anak buahnya tidak bekerja tidak sesuai dengan hokum dan moral, serta etika. Saya sungguh merasa heran seorang yang mengambil kapuk bekas panen harus menjalani hukuman dan di tahan, apakah kapolres tidak mengontrol anak buahnya apakah kasus itu layak atau tidak, Meskipun barang bukti ada tetapi jika dicari jalan damai, maka tidak perlu disorot media secara fulgar dan semakin menjatuhkan martabat polisi yang seorang tidak punya hati nurani.
Saatnya polisi juga bekerja dengan hati, mana yang biasa berbuat jahat, siapa yang jahat terpaksa. Siapa yang dapat menguntungkan jika di bawah ke meja hijau dan mana yang tidak mengungkan, tentu sebagai ajang mengangkat citra polisi di mata masyarakat.
Penggembosan citra polisi yang sedemikian rupa, memang harus diperbaiki dari dalam, tidak ada kata lain, kecuali karena kecintaan saya terhadap institusi yang sangat sangat banggakan. Saya benar-benar mengharapkan polisi yang ramah, polisi yang berwibawa dan polisi yang mempunyai citra baik di mata masyarakat Indonesia dan Masyarakat Internasional.