Sabtu, 28 November 2009

Model Jigsaw 2

Sebuah pembelajaran berkelompok dapat dikemas sedemikian rupa sehingga peserta diskusi dalam pembelajaran kelompok dapat berpartisipasi secara aktif. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Jiqsaw. Model ini terdiri dari Model Jigsaw 1 dan Model Jigsaw 2. Dalam pembelajaran Jigsaw ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan oleh pemakai model ini, karen tahapan-tahapan ini merupakan hal penting dan menjadi ciri daripada model jigsaw, baik jigsaw 1 ataupun jigsaw 2.
Model Jigsaw 1 dilakukan dengan cara membagi siswa satu kelas kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 3 sampai 5 orang. Tiap-tiap kelompok diberikan suatu permasalahan yang berbeda, jika ada 5 kelompok maka harus disediakan 5 masalah, jika ada 4 kelompok juga disediakan masalah sebanyak 4 masalah. Setiap kelompok membahas masalah masing-masing, setelah semua siap maka mendiskusikannya di depan semua kelompok lain, kelompok lain di minta untuk menanggapi, memberikan saran dan menyanggah permasalahan yang disampaikan
Model Jiqsaw 2 merupakan salah model pembelajaran berkelompok yang sangat populer saat ini, model ditujukan pada kegiatan laboratorium dengan jumlah praktek yang banyak tetapi jumlah alat yang terbatas, atau jika dalam materi maka materi yang akan dibicarakan cukup banyak sedangkan waktu yang terbatas.
Dalam model jigsaw 2 ada tahapan-tahapan cara bekerja dan berdiskusi, secara umum dalam jigsaw 2 adalah 3 langkah cara bekerja dalam kelompok.
Tahap 1:
Pada tahap 1 atau tahap awal ini, teknik atau caranya adalah kelas di bagi dalam kelompok-kelompok kecil, jumlah anggota kelompok sesuai dengan masalah yang akan dibahas, misal ada 5 masalah maka setiap kelompok anggotanya 5 orang, setiap anggota kelompok mempunyai nomor dengan tujuan untuk membahas masalah sesuai dengan nomor permasalahan, kelompok-kelompok ini disebut KELOMPOK INTI.
Ada semacam kebiasaan pembagian kelompok dalam jumlah gazal sehingga peserta diskusi selalu berinteraksi dengan sesama anggota kelompok yang lain bukan berpasang-pasangan saja, kecendurungan kelompok yang beranggota gazal lebih aktif daripada kelompok yang beranggotanya genap.
Kelompok-kelompok inti berkumpul dalam komunitas awalnya dengan masalah sebanyak jumlah anggota kelompok tersebut dan tersusun seperti gambar dibawah ini.


 


 Gambar 2.1. Pembagian Kelompok


Tahap 2:
Setelah setiap anggota kelompok mendapat permasalahan maka langkah selanjutnya anggota setiap kelompok yang bernomor sama berkumpul menjadi satu untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan yang sama, kelompok gabungkan ini disebut KELOMPOK AHLI, nomor 1 ahli permasalahan 1, nomor 2 ahli permasalahan 2, nomor 3 ahli permasalahan 3 dan seterusnya.
Proses diskusi dalam Kelompok Ahli ini biasanya memakan waktu antara 15 menit sampai 20 menit, setelah semua permasalah dipecahkan dan semua anggota kelompok ahli mendapatkan jawaban maka setiap anggota kelompok ahli kembali lagi ke kelompok inti, sebagai induk dari kelompok yang sebenarnnya.
Jika permasalahan yang dibagikan kepada anggota kelompok cukup sederhana atau ”mudah” maka waktu yang diperlukan dalam diskusi kelompok ahli bisa lebih cepat.







 



Gambar 2.2 Cara Berpindahan anggota kelompok Ke Kelompok Ahli

Tahap 3:
Setelah kembali ke kelompok inti, maka setiap anggotanya saling mensosialisasikan hasil kerja di dalam kelompok ahli, setiap kelompok inti sekarang sudah mendapat jawaban 5 permasalahan yang diberikan, maka anggota kelompok inti tinggal bertukar pengalaman sehingga semua anggota kelompok inti mendapatkan hasil yang sesama anggotanya. Tahap ketiga ini biasanya memakan waktu yang cukup lama, jika 1 permasalahan dapat dijelaskan dalam waktu 7 menit maka untuk 5 permasalahan membutuhkan waktu selama 7 x 5 menit = 35 menit.







Gambar 2.3 Kembali ke kelompok inti

Proses pembelajaran Jigsaw merupakan teknik untuk mengaktifkan seluruh anggota kelompok, kedudukan setiap anggota kelompok sama, baik yang mempunyai  kemampuan ”kurang” atau mempunyai kemampuan lebih maka tidak ada bedanya. Setelah diskusi dalam kelompok-kelompok kecil selesai maka dapat dilanjutkan dengan diskusi ke tingkat yang lebih luas atau lebih komplek yaitu diskusi klasikal. Diskusi secara klasikan dimaksudkan untuk mengecek dan memastikan bahwa tujuan pembelajaran yang ditunjukan dengan indikator belajar sudah tercapai.
Dalam setiap diskusi baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun dalam diskusi klasikal tugas guru adalah sebagai motivator, yang memberikan dorongan bukan sebagai pengawas sehingga proses pembelajaran berlangsung secara aktif yang ditunjukan dengan partisipasi siswa yang ”antuasias”.

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia