Sabtu, 28 November 2009

Kaca Pendidikan Indonesia

Gonjang-ganing ekonomi Indonesia yang belum juga menunjukan suatu implikasi dari berbagai persoalan di masyarakat. Setelah diurai dan berkaca dari keberhasilan Negeri Ginseng Korea, Negeri Gajah Putih Thailand yang mengalami krisis terlebih dahulu dari Indonesia tampa jelas bahwa masalahnya ada pada rendahnya sumber daya manusia Indonesia. Sumber daya yang dihasilkan merupakan produk dari amburadulnnya pendidikan kita. Faktor ini tentukanya tidak bisa lepas dari pemerintah sebagai pemegang otoritas pendidikan, penyelenggara pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai daerah dan pendidikan di lapangan.
Pemerintah yang mempunyai kepanjangan tangan Departemen Pendidikan Nasional merupkan sumber acuan global mulai dari pendidikan tinggi, menengah, dasar dan prasekolah dalam melaksanakan pola pendidikan melalui kurikum yang dihasilkan. Kurikulum 1984 diganti kurikulum 1987 dan suplemennya belum pernah di evaluasi secara terbuka kelemahan dan kekurangan diganti. Sekarang lahir pula kurikum 2004 yang terkenal dengan Kurikulum Berbasisi Kompetensi. Apabila setiap penggantian kurikulum tidak mengevaluasi kelemahan kurikum sebelumnya maka akan menjadi blunder, karena perubahan kurikulum yang terjadi sampai saat ini masih hanya sampai kulit dan nama saja.
Kurikulum yang kegemukan tak pernah lepas seja kurikulum 1984 sampai kurikulum 2004, materi dari setiap pelajaran tetap saja sama: luas, banyak dan tidak mendalam. Kurikulum yang seperti ini tentunya tidak fleksibel, tidak melihat pangsa pasar sehingga dari tahun ketahun selalu saja pengelola pendidikan tidak menghasilkan tenaga yang handal, professional dan siap pakai. Diakui atau tidak lulusan pendidikan di Indonesia baik dai Perguruan tinggi dan sekolah menengah tidaklah menggembirakan. Titik kulmulasi dari semua ini tentunya angka pengangguran yang terus membekak.

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia