Selasa, 08 Desember 2009

Pengembangan Sumber Belajar



1.       Latar Belakang
Meskipun fungsi guru saat ini mengalami pergeseran paradigma dari guru yang serba tahu dan sebagai sumber semua pengetahuan menjadi guru sebagai pendorong dan fasilitator siswa tetapi uru merupakan salah satu kunci pokok dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai motivator dan fasilitator guru dituntut untuk terus mengembangkan kemampuan dirinya agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Saat ini siswa sudah dapat memperoleh sumber belajar dari banyak hal seperti televisi, internet, koran, handphone, majalah dan lain-lain. Dengan semakin lengkapnya sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa menjadikan guru harus kreatif membuat, mengembangan atau menggunakan sumber belajar yang ada di sekolah dan lingkungan.
Menurut AECT ada beberapa hal yang menyangkut sumber belajar yaitu: pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Secara umum sumber belajar di bedakan menjadi 2 bagian yaitu sumber belajar yang sengaja direncanakan (by design) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization).  Sumber pembelajaran by design adalah sumber pembelajaran yang dibuat atau disusun untuk proses pembelajaran. Sedangkan sumber pembelajaran yang dimanfaatkan adalah sumber belajar yang menggunakan lingkungan atau sumber daya untuk mencapai tujuan.
Salah satu sumber belajar yang sangat penting dalam proses pembelajaran fisika di sekolah menengah atas adalah sumber belajar laboratorium. Dalam Laboratorium Fisika terdapat sumber belajar yang luar biasa. Dalam sumber belajar dilaboratorium terdapat banyak media yang dapat digunakan. Di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III jumlah alat laboratorium masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan beberapa factor seperti : SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III bisa dikatakan sebagai sekolah baru, terbatasnya sumber dana yang dimiliki sekolah, dan minimnya agaran dari pemerintah Kabupaten Banyuasin.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu ide kreatif sehingga proses pembelajaran dapat dicapai dengan keadaan yang terbatas. Oleh karena ini sebagai guru menyumbangan ide, saran berupa pembuatan alat peraga sederhana untuk proses pembelajaran

2.       Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan masalah sebagai berikut:
1)      Bagaimana mengefektifkan proses pembelajaran dengan alat labor yang minim?
2)      Bagaiaman teknik untuk pembuatan alat sederhana sebagai sumber belajar siswa?

3.       Pembahasan
3.1   Identifikasi Kebutuhan
Sebelum melakukan pembuatan alat ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Hal ini bertujuan agar pembuatan alat sederhana sebagai alat peraga baik di laboratorium atau di kelas dapat tepat sasaran.
 Berdasarkan identifikasi kebutuhan ada beberapa alat yang belum tersedia di laboratorim yaitu alat peraga konveksi udara, alat penguji muatan listrik dan tangki riak. Masing-masing alat digunakan di kelas 10, 11 IPA dan 12 IPA. Sebenarnya alat-alat ini diproduksi oleh beberapa perusahaan seperti  PUDAK. Akan tetapi karena keterbatasan dana maka diusahan untuk dibuat dan dirancang sendiri. Prinsip dari pembuatan alat adalah efektivitas dan efisiensi. Dengan pembuatan alat maka proses pembelajaran akan berlangsung efektif. Dengan pembuatan alat sendiri, pembiayaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

3.2   Langkah Pembuatan
Pembuatan alat praktikum tidak harus dibuat oleh guru. Semua alat diusahakan dibuat oleh anak sesuai dengan tingkatan dan kebutuhan masing-masing. Untuk pembuatan konveksi udara karena ada di kelas 10 maka yang membuat adalah kelas 10, untuk listrik karena dipelajari di kelas 10 dan 11 IPA maka yangmembuat dapat kelas 10 atau 11 IPA, untuk rangki riak yang menggunakan adalah kelas 12 IPA maka yang diminta untuk membuat adalah kelas 10 dan sebagainya.
Dengan pembuatan alat maka anak akan lebih memahami tentang materi yang dipelajari. Untuk setiap alat yang dibuat anak dinilai sebagai tugas portopolio. Adapun langkah untuk pembuatan alat adalah sebagai berikut:
1)      Pemilihan materi
2)      Pemahaman Materi
3)      Pembuatan proposal alat
4)      Pembimbingan
5)      Pembuatan alat
6)      Presentasi
Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh penulis, alat-alat ini biasanya dapat diselesaikan dalam jangka waktu 3 bulan. Dengan demikian maka pembuatan alat harus direncanakan dengan baik. Pembuatan alat ini dikerjakan secara berkelompok dengan jumlah kelompok masing-masing 3 orang. Alat-alat yang memenuhi standar akan digunakan dalam proses pembelajaran dan menjadi baran inventaris laboratorium SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III.


3.3. Pemilihan Materi
Pemilihan materi  dan alat merupakan saat yang paling sulit terutama tugas untuk kes 10, karena dalam pemilihan materi diperlukan kejelian alat mana yang harus dibuat dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa masing-masing. Ada beberapa cara untuk pemilihan materi. Cara yang pertama adalah setiap kelompok diberikan materi yang berbeda dan akan menghasilkan alat yang berbeda dalam tingkatan masing-masing. Dengan demikian maka alat yang dihasilkan bisa langsung lengkap. Akan tetapi kelemahannya adalah alat yang dibuat menjadi hanya satu-satu sehingga tidak ada pembanding apakah alat tersebut baik atau tidak.
Cara yang kedua adalah dengan memberikan tugas sama dalam satu kelas. Dengan demikian maka dapat diperoleh alat sebanyak kelompok yang ada di dalam kelas tersebut. Alat-alat yang diproduksi akan bermacam-macam dan beragam dengan demikian akan memberikan variasi dan hasil yang diperoleh biasanya lebih baik.

3.4. Pemahaman Materi
Sebelum melakukan pembuatan alat, tentu si pembuat harus pahan terlebih dahulu fungsi dari alat, cara menggunakan dan materi apa saja yang dapat dijelaskan. Jika siswa tidak memahami materi dan alat yang akan dikerjakan akan menjadi masalah dan sasaran tidak tercapai.
Tahap ini biasanya merupakan tahapan paling sulit dan melelahkan karena guru harus memberikan bimbingan secara berkelompok dan berkelanjutan secara terprogram sampai semua kelompok benar-benar paham apa yang harus dilakukannya. Dalam pembimbingan ini juga perlu ditekankan perlunya kerjasama dalam tim, solidaritas dan pengertian sesama anggota kelompok. Setiap anggota harus memberikan andil sesuai dengan kemampuan masing-masing.

3.5. Pembuatan proposal
Setelah setiap kelompok paham dengan apa yang harus dilakukan, langkah berikutnya adalah penyusunan proposal pembuatan alat. Prinsip dalam penyusunan adalah sesuai dengan tujuan, alat yang dibuat tidak perlu mahal tetapi berfungsi tepat guna. Dalam proposal harus terdapat uraian materi singkat, alat dan bahan, rancangan alat, dan biaya. Materi singkat merupakan hasil dari pembimbingan yang dilakukan guru dan dituangkan oleh siswa sesuai dengan bahasa masing-masing dilengkapi dengan sumber pustaka yang lain. Alat dan Bahan merupakan apa saja yang digunakan untuk pembuatan alat. Prinsip seperti dijelaskan pada materi sebelumnya alat tidak perlu mahal yang penting tepat sasaran. Siswa akan memperoleh nilai yang tinggi jika alat yang dibuat tepat sasaran dan menggunakan barang-barang yang didaur ulang. Rancangan alat merupakan gambar visual dari alat yang akan dibuat. Sebelum dibuat siswa harus sudah punya gambaran alat secara kasar.

3.6. Pembimbingan dan Pembuatan Alat
Meskipun alat yang dibuat merupakan ide murni dari siswa dan kelompoknya untuk lebih mamastikan bahwa alat yang dibuat sesuai dengan fungsinya maka pembimbingan fungsi alat salat diperlukan. Hal ini untuk menghindari trial and error atau menghindari kegagalan dalam pembuatan alat. Trial and error akan berdampak dengan biaya yang akan dikeluarkan demikian juga kegagalan maka pembelajaran menjadi tidak maksimal. Dalam pembuatan alat ini biasaya memakan waktu antara 1 sampai 2 minggu. Hal ini karena siswa mengerjakan pada sela-sela dimana mereka tidak ada kegiatan pembelajaran di sore hari.

3.7. Presentasi
Setelah alat selesai dibuat, maka untuk memastikan bahwa alat dapat berfungsi sebagaimana yang diinginkan perlu dipresentasikan di depan teman-teman mereka. Dalam proses presentasi ini terjadi pembelajaran teman sebaya dengan alat yang ada. Pada presentasi ini siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan kritik dan saran mengenai alat yang dibuat.
Fase Presentasi juga memberikan pembelajaran kepada siswa untuk dapat berbicara di depan umum. Dengan demikian mereka menjadi terbiasa dan mempunyai komunikasi massa yang baik.

3.8. Penilaian
Guru memberikan penilaian beberapa tahapan yaitu mulai proposal, bentuk alat, berfungsinya alat dan cara mereka presentasi serta kerja kelompok. Semua dilakukan secara komprehensip dan terbuka. Hal ini untuk memberikan pembelajaran demokrasi kepada siswa.

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia