SANT DAN ISLAM
1. Interaksi Islam dan Saint
Islam merupakan agama
yang sempurna, kitab suci al-Quran menjelaskan semua isi kehidupan dunia yang
dapat dijadikan sebagai petunjuk awal tentang dunia dan seisinya. Allah swt
berfirman di dalam al-Quran.
Artinya: Pada hari ini telah
kusempurnakan untuk kamu agamanu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu [1]
Imam Ibnu Katsir berkata,
“Ini merupakan kenikmatan Allah swt yang terbesar kepada umat ini, di mana
Allah swt telah menyempurnakan agama, yaitu agama Islam, Nabi Muhammad saw
sebagai penutup para nabi. Muhammad mengajarkan agar kita menjauhi larangannya
dan menjalankan perintahnya yang dilakukan dengan benar dan jujur.”
Dari ayat dan tafsir di
atas terlihat bahwa Islam telah mengatur semua kehidupan termasuk juga saint
yang saat ini berkembang, hal ini juga merupakan kehendak Allah. Karena manusia
diberikan akal yang melebihi makhluk-makhluk yang lain termasuk malaikat, manusia
dapat lebih baik dari malaikat yang sepanjang hidupnya beribadah dan tidak
pernah berbuat kesalahan, sebaliknya manusia dapat juga menjadi lebih hina
daripada binatang, karena akal yang dimilikinya. Dari 'Abdullah bin Sinan
berkata: Aku bertanya kepada Abu Abdillah Ja'far bin Muhammad Al-Shadiq, aku
berkata: “Apakah malaikat yang lebih utama ataukah bani Adam (manusia)?” Beliau
berkata: Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib berkata, "Sesungguhnya Allah
telah men-tarkib (menyusun) dalam
diri malaikat akal tanpa syahwat, menyusun binatang dengan syahwat tanpa akal,
dan menyusun pada bani Adam keduanya
(akal dan syahwat), maka jika manusia yang akalnya dapat mengalahkan syahwatnya,
dia lebih baik dari malaikat. Sebaliknya jika manusia yang syahwatnya
mengalahkan akalnya dia lebih buruk dari binatang."[2]
Keyakinan akan
kebenaran al-Quran menjadi dasar untuk menjadikan al-Quran menjadi salah satu
rujukan ilmu pengetahuan yang tidak diragukan mengingat al-Quran diriwayatkan
secara shahih dan mutawatir. Di samping itu Allah swt menjamin bahwa Al-Quran
selalu terjaga keontentikan al-Quran:
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya[3]
Keontentikan al-quran
merupakan jaminan Allah swt kepada seluruh manusia bahwa siapa saja yang
berpegang teguh maka manusia akan tetap berada di jalan yang benar.
a. Al-Quran dan Akal
Membicarakan ilmu pengetahuan tidak
dapat lepas dari al-Quran. Al-Quran menyebut 49 kali dengan kata 48 kata dalam
bentuk kata kerja sedang (fi’il mudhari) dan kata kerja lampau (fi’il madhiy)
berupa ya’qilun 22 kata, ta’qilun 24 kata, na’qilu, yaqilu, aqalu masing-masing
satu kata.[4]
Akal
yang dimiliki manusia mebuat manusia
dapat membedakan kebenaran dan kesalahan, sebagai ayat berikut:
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka
mengapa mereka tidak beriman?”[5]
Akal
merupakan salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat,
menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai benar atau salah[6]
Indera merupakan alat canggih untuk mendapatkan informasi tentang benda-benda
fisik dari berbagai aspek: bentuk, suara, rasa, raba dan aroma. Akal melengkapi
indera, akal dapat menangkap konsep-konsep abstrak[7],
atau dapat dikatakan bahwa iman dan akal manusia sejalan.
Menurut Al-Qur’an akal berasal dari bahasa arab
al-aql yang berfungsi
mengendalikan manusia dari hawa nafsu. Kemampuan seseorang untuk mengikat hawa
nafsu, akan menempatkan hawa nafsu pada posisi yang serendah-rendahnya,
sehingga hawa nafsu tidak dapat menguasai dirinya, ia akan mampu memahami wahyu
sebagai kebenaran. Orang yang tidak mampu menawan hawa nafsunya tidak akan
mampu mengendalikan dirinya.[8]
Akal adalah potensi kesucian dan
kemuliaan, maka manusia yang menggunakan akalnya akan menjadi manusia yang suci
lagi mulia. Rasulullah saw mengatakan, "Ajaran (Islam) itu ialah akal,
tidak beragama (Islam) orang yang tidak berakal."[9]
Dari Al-Quran dan beberapa hadist di atas,
terlihat bahwa Islam menghendaki agar manusia dapat menempatkan akal sebagai
kunci dalam kehidupan di dunia sehingga dapat digunakan untuk kemajuan dan
kemaslahatan manusia. Nalar atau akal serta logika menjadi dasar dalam memahami
ilmu pengetahuan sebagaimana yang telah diungkap oleh al-Quran.
b. Al-Quran dan Alam
Al-Quran merupakan kitab suci yang
komprehensif, karena didalamnya terdapat pembahasan: akidah (teologi), ibadah,
akhlak, hukum, wa’du dan wa’id, hukum, kisah, dan ilmu pengetahuan.[10]
Allah swt juga berfirman di dalam al-Quran.
Artinya : Sungguh kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukuran.[11]
Allah
swt telah menjadikan jagat raya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini
merupakan salah satu petunjuk tentang ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) serta ilmu agama sama pentingnya bagi kehidupan dan saling berkaitan
antara satu dengan lainnya. Ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung persoalan ilmu
pengetahuan dan teknologi, oleh para tafsir disebut ayat-ayat kauniah (al-ulum). Menurut Penyelidikan
Thantawi Jauhari, salah seorang musafir terkenal aliran tafsir Ra’yi, dalam Al-Quran
terdapat sekitar 750 ayat al-ulum
sementara menurut hitungan Al-Gazali, yang tidak berbeda dengan Thantawi
Jauhari, ayat al-kauniyah berjumlah
763 ayat.[12]
Al-Quran
juga membicarakan proses terjadinya tata surya dan jagat raya terjadi
berdasarkan teori ledakan besar dalam surat al-Ankabut. Pembentukan tata surya diungkapkan
oleh George Lemaitre, seorang ahli astronomi dari Belgia pada tahun 1920-an. Ia
menyatakan bahwa kira-kira 15 milyar tahun yang lalu semua materi di angkasa
menyatu dan memadat (terkondensasi)
dengan ledakan yang hebat, kemudian partikel-partikel dari zat itu bertaburan
ke semua arah dan membentuk alam semesta. Menurut teori tersebut, alam semesta
ini telah diciptakan kira-kira 10 hingga 20 milyar tahun yang lalu.[13]
Al-Quran
juga mengungkapkan tentang gunung-gunung yang ada dipermukaan bumi. Permukaan
bumi yang tidak rata dan juga gunung-gunung yang sebagai pasaknya dibicarakan
pada Surat al-Ambiya ayat 31 sebagai berikut:
Artinya : Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh
supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di
bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk [14]
Dari
ayat di atas terlihat bahwa penciptaan gunung-gunung berkaitan erat dengan
keseimbangan bumi sehingga mampu beredar pada porosnya seperti pada saat ini.
Gunung-gunung juga mengakibatkan perputaran angin tidak terlalu kencang
sehingga tidak memporak-porandakan permukaan bumi.
Ayat
ini berikut penjelasannya telah disampaikan kepada Dr. Alfred Krohmer seorang
geolog termashur dunia dalam suatu konferensi tentang mukjizat al-Quran yang
diselanggarakan di Saudi Arabia. Setalah memahami artinya dia berteriak:
“mustahil kalau hakekat-hakekat ini telah tercantum dalam kitab manapun sejak
14 abad yang lalu. Hakekat tersebut baru ditemukan dan diketahui beberapa tahun
yang lalu. Dan untuk mengetahuinyapun harus dengan menggunakan cara-cara ilmiah
dan riset yang rumit serta memakan waktu yang lama, khususnya tentang tata
surya yang satu kesatuan”.[15]
Ini
menunjukan bahwa al-Quran membicarakan ilmu-ilmu tentang alam seperti gunung,
laut, langit, tata surya, dan jagat raya yang saat ini sangat penting
kedudukannya, dan masih banyak yang belum dapat diungkap oleh manusia saat ini.
c. Saint dan Islam
Alquran pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad di Gua Tsur dengan Surat Al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar