PENDEKATAN SAINTIFIK QUANTUM DALAM MEMAHAMI PERJALANAN ISRA MIKRAJ NABI MUHAMMAD SAW
(Teory Saintifik Quantum Isra Mikraj)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurang lebih enam
bulan setelah pemboikotan kaum muslim berakhir, paman Rasulullah SAW, Abu
Thalib meninggal dunia. Ketika Abu
Thalib masih dalam kondisi
sakit. Rasulullah datang dalam
Ash-Shahih disebutkan dari Al-Musayyab, bahwa tatkala ajal hampir menghampiri
Abu Thalib, Nabi SAW menemuinya, yang saat itu di sisinya ada Abu
Jahal."Wahai paman, ucapkanlah la
ilaha illallah, satu kalimat yang dapat engkau jadikan hujjah di sisi
Allah," Sabda Rasulullah. Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah
menyela, "Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul
Muththalib ?" Keduanya tak pernah berhenti mengucapkan kata-kata ini,
hingga pernyataan terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah, "Tetap berada
pada agama Abdul Muththalib." (http://mu5lim.blogspot.com, diunduh 30/12/2014)
Akhirnya Abu Thalib yang dengan setia melindungi
Rasulullah meninggal dalam keadaan tidak memeluk Islam. Tentu hal ini menjadi
duka yang sangat mendalam karena pengaruh dari paman-paman yang lain, maka pada
akhir hayatnya Abu Thalib tidak diberi karunia sebagaimana yang tercantum dalam
kitab
"Shahih Al-Bukhari" no.3884:"... Hingga saat menjelang
kematiannya, kata terakhir yang diucapkan Abu Thalib kepada mereka (Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) adalah: '(aku) di atas
agama Abdul Muththalib (penyembah berhala)'."[1]
Allah sebagaimana
firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan
dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk (Al-Qashash : 56)
Derita Rasulullah ditambah dengan wafatnya istri beliau
Khadijah, tiga bulan kemudian Tanggal 10 Ramadhan tahun ke 10
Hijriah, merupakan hari yang sangat menyedihkan bagi Rasullah SAW. Di hari itu,
junjungan kita Nabi Muhammad SAW mendapat musibah yang sangat berat yaitu
dipanggilnya istri tercinta beliau Khadijah AS ke rahmatullah. Khadijah memang
seorang istri teladan, yang telah berkhidmat dan mendampingi perjuangan
Rasulullah dengan cara yang terbaik. Beliau adalah seorang istri yang hingga
akhir hayatnya selalu mendukung dan membela dengan tulus ikhlas dakwah Islam
yang dipikul oleh suaminya, Muhammad SAW. (http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com,
dikases 3/12/2014)
Khadijah adalah istri
yang memperkuat Rasulullah dalam
pembenaran Khadijah atas ucapan Rasul Allah membuat hati Nabi Muhammad SAW
menjadi kuat. Khadijah juga menjadi penyandang dana sampai seluruh hartanya
habis. Karena pendustaan dan gangguan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik
Mekah mampu menggoyahkan setiap orang. Namun Nabi Muhammad Saw mampu menghadapi
segala upaya kaum Musyrik Mekah dengan tabah bersama dukungan isterinya.
Khadijah dengan telaten menepis segala bentuk kesulitan yang menghampiri
suaminya. Khadijah selalu menjadi orang yang pertama percaya dengan apa yang
diucapkan oleh Rasulullah SAW. (http://www.republika.co.id,
diakses 3/1/2015)
Semua yang dilakukan
oleh Kahdijah, istri rasulullah karena
hidayah dari Allah SWT. Dan Allah telah memilih Khadijah sebagai
pendamping dalam memperjuangkan dan menyebarkan Islam, sehingga semua yang
terjadi karena keyakinan dan hidaya dari Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat
Al-Kahf ayat 17 sebagai berikut:
Artinya: "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke
sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri
sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya,
maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi
petunjuk kepadanya” (QS Al-Kahf: 17)
Dua orang pada akhir hayatnya
yang saling bertentangan, sama-sama orang yang sangat dekat dan mencintai
Rasulullah dengan segenap jiwa dan raga tetapi satunya mendapat hidayah dan
satunya tidak mendapat hidayah dari Allah SWT.
Untuk menghibur Rasulullah yang
berada dalam titik nadir kehidupannya, Allah SWT memberikan sebuah muhzijat
berupa perjalanan yang dikenal Isra Mikraj. Pada saat berita tentang perjalanan
Rasulullah disampaikan kepada kaum kafir Qurais, juga terjadi dua pendapat
mempercayainya, meragukan bahkan mengingkarinya.
Menyelenggarakan suatu kajian tak kenal lelah berdasarkan
prinsip-prinsip nalar ilmiah modern untuk membuktikan kebenaran peristiwa Isra’
Mikraj merupakan hal terbaik untuk dilakukan oleh setiap muslim. Usaha ini
menjadi urgen, mengingat keraguan sekecil apapun mengenai validitas peristiwa
Isra’ Mi’raj ini, maka maka nota bene juga merupakan keraguan atas keotentikan wahyu
Al-Qur’an, kitab suci Agama Islam (zsavanasthought.blogspot.com diunduh
3/1/2015)
Perjalanan sejauh 1.500 km dalam
semalam pada saat itu merupakan hal sulit dipahami. Karena perjalanan dengan
menggunakan Unta di padang pasir membutuhkan waktu berhari-hari atau bulanan. Bagi orang-orang yang tidak beriman
tentu hal ini tidak menjadi mereka mempercayai apa yang dikatakan oleh
Rasululllah, bahkan mereka semakin kafir. Sampai dengan saat ini kontroversi.
Karena keyakinan dan iman perjalanan Isra’ Mikraj baru sebatas keyakinan,
karena qur’an dan hadist rasulullah yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Perspektif ilmiah Al-Qur’an itu mencakup seluruh disiplin
dan bidang ilmu pengetahuan modern apapun yang berkembang di dunia saat ini.
Seperti astronomi, fisika, biologi sampai kepada ilmu kedokteran. Sehingga
tanpa banyak disadari, semakin maju ilmu pengetahuan menemukan momentum baru
bagi kemajuannya, maka semakin terbuktilah kebenaran dan keotentikan Al-Qur’an
sebagai kitab suci (zsavanasthought.blogspot.com, diunduh 3/1/2015)
Untuk dapat menyakinkan bahwa
perjalanan tersebut benar, maka perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah
atau secara empiris serta bukti-bukti ilmiah sehingga dapat menambah keyakinan
dan menyakinan bagi orang-orang yang berfikir. Nabi Besar Muhammad SAW,
memiliki pendapat dan meletakan ilmu pengetahuan yang begitu tinggi. Ternyata
Rasulullah telah meletakan landasan empiris yang sangat kuat 14 Abad yang lalu
dan sekarang akan dibuktikan secara empiris dengan ilmu pengetahuan modern. Bagaimana
perjalanan Isra’ Mikraj dapat dibuktikan secara saint, dan pendekatan apa yang
digunakan sehingga mampu memperkuat keimanan.
Pendekatan
saintifik adalah pendekatan terdiri atas kegiatan mengamati (untuk
mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan
merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai
teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik
kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.[2] Sehingga sangat memungkinkan
pendekatan ini dapat diterima secara akal atau secara empiris.
Sedangkan
teori kuantum secara terminologi, kuantum atau
"quantum" [jamak: quanta] dalam fisika, mengandung arti kantong,
kadut, paket, atau bungkusan. Berdasarkan pada Teori Kuantum (Quantum
Theory, QT, QUT) dalam fisika, tenaga atau energi hadir dalam satuan
terpisah atau unit diskrit (discrete), sebagai paket energi yang
disebut kuantum. Sebagai misal, kuantum dari tenaga cahaya atau energi radiasi
elektromagnetik, dinamakan foton (photon), sedangkan dalam
konteks tertentu, kuantum dari energi nuklir, dinamakan meson. (Achmad Firwany, makalah implikasi dualitas
energi dan materi, 2012, Fine
Art)
Penjelasan
mengenai isra’ mikraj perlu terus di kaji dengan ilmu-ilmu modern, mengingat
perjalanan ini sangat penting dalam Islam karena pada perjalanan itu Rasulullah
mendapat perintah untuk mengerjkan sholat lima waktu sebagai salah satu rukun
Islam. Sholat merupakan perintah yang
langsung diterima oleh Rasulullah tanpa perantaraan Malaikat Jibril seperti
perintah lainnya. Oleh karena itu pengkajian isra dan mikraj menjadi sangat
penting agar kita dapat menjelaskan secara empiris
dan saintific disamping untuk mempertebal keimanan kepada Allah SWT.
[1] Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata: "Di antara sesuatu yang aneh tapi
nyata adalah bahwa paman Nabi صلي الله عليه و سلم yang mendapati masa ke-Islam-an
ada empat orang; dua orang tidak masuk Islam dan yang dua lagi masuk Islam.
Nama dua orang yang tidak masuk Islam tersebut bukan lah nama muslim;
yaitu Abu Thalib yang namanya Abdu Manaf dan Abu Lahab yang namanya Abdul
'Uzza. Hal ini berbeda dengan nama dua orang paman Rasul صلي الله عليه و سلم
yang masuk Islam (nama asli mereka, nama muslim); yaitu Hamzah رضي الله عنه
dan Al-Abbas رضي الله عنه. ("Fathul Bari" juz 7, hal.236)
[2] http://dadangjsn.blogspot.com/2014/06/pengertiandefinisi-pendekatan-saintifik.html (diunduh, 19/1/2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar