Rabu, 28 Januari 2015



PENDEKATAN  SAINTIFIK  QUANTUM  DALAM  MEMAHAMI PERJALANAN ISRA MIKRAJ NABI MUHAMMAD SAW
(Teory Saintifik Quantum Isra Mikraj)

I.     PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kurang lebih enam bulan setelah pemboikotan kaum muslim berakhir, paman Rasulullah SAW, Abu Thalib meninggal dunia. Ketika Abu Thalib masih dalam kondisi sakit. Rasulullah datang dalam Ash-Shahih disebutkan dari Al-Musayyab, bahwa tatkala ajal hampir menghampiri Abu Thalib, Nabi SAW menemuinya, yang saat itu di sisinya ada Abu Jahal."Wahai paman, ucapkanlah la ilaha illallah, satu kalimat yang dapat engkau jadikan hujjah di sisi Allah," Sabda Rasulullah. Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah menyela, "Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul Muththalib ?" Keduanya tak pernah berhenti mengucapkan kata-kata ini, hingga pernyataan terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah, "Tetap berada pada agama Abdul Muththalib."  (http://mu5lim.blogspot.com, diunduh 30/12/2014)
Akhirnya Abu Thalib yang dengan setia melindungi Rasulullah meninggal dalam keadaan tidak memeluk Islam. Tentu hal ini menjadi duka yang sangat mendalam karena pengaruh dari paman-paman yang lain, maka pada akhir hayatnya Abu Thalib tidak diberi karunia sebagaimana yang tercantum dalam  kitab "Shahih Al-Bukhari" no.3884:"... Hingga saat menjelang kematiannya, kata terakhir yang diucapkan Abu Thalib kepada mereka (Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) adalah: '(aku) di atas agama Abdul Muththalib (penyembah berhala)'."[1]
 Allah sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:



Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk  (Al-Qashash : 56)
Derita Rasulullah ditambah dengan wafatnya istri beliau Khadijah, tiga bulan kemudian Tanggal 10 Ramadhan tahun ke 10 Hijriah, merupakan hari yang sangat menyedihkan bagi Rasullah SAW. Di hari itu, junjungan kita Nabi Muhammad SAW mendapat musibah yang sangat berat yaitu dipanggilnya istri tercinta beliau Khadijah AS ke rahmatullah. Khadijah memang seorang istri teladan, yang telah berkhidmat dan mendampingi perjuangan Rasulullah dengan cara yang terbaik. Beliau adalah seorang istri yang hingga akhir hayatnya selalu mendukung dan membela dengan tulus ikhlas dakwah Islam yang dipikul oleh suaminya, Muhammad SAW. (http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com, dikases 3/12/2014)
Khadijah adalah istri yang  memperkuat Rasulullah dalam pembenaran Khadijah atas ucapan Rasul Allah membuat hati Nabi Muhammad SAW menjadi kuat. Khadijah juga menjadi penyandang dana sampai seluruh hartanya habis. Karena pendustaan dan gangguan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Mekah mampu menggoyahkan setiap orang. Namun Nabi Muhammad Saw mampu menghadapi segala upaya kaum Musyrik Mekah dengan tabah bersama dukungan isterinya. Khadijah dengan telaten menepis segala bentuk kesulitan yang menghampiri suaminya. Khadijah selalu menjadi orang yang pertama percaya dengan apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW. (http://www.republika.co.id, diakses 3/1/2015)
Semua yang dilakukan oleh Kahdijah, istri rasulullah karena  hidayah dari Allah SWT. Dan Allah telah memilih Khadijah sebagai pendamping dalam memperjuangkan dan menyebarkan Islam, sehingga semua yang terjadi karena keyakinan dan hidaya dari Allah SWT.  Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahf ayat 17  sebagai berikut:


Artinya: "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya (QS Al-Kahf: 17)
Dua orang pada akhir hayatnya yang saling bertentangan, sama-sama orang yang sangat dekat dan mencintai Rasulullah dengan segenap jiwa dan raga tetapi satunya mendapat hidayah dan satunya tidak mendapat hidayah dari Allah SWT. 
Untuk menghibur Rasulullah yang berada dalam titik nadir kehidupannya, Allah SWT memberikan sebuah muhzijat berupa perjalanan yang dikenal Isra Mikraj. Pada saat berita tentang perjalanan Rasulullah disampaikan kepada kaum kafir Qurais, juga terjadi dua pendapat mempercayainya, meragukan bahkan mengingkarinya.
Menyelenggarakan suatu kajian tak kenal lelah berdasarkan prinsip-prinsip nalar ilmiah modern untuk membuktikan kebenaran peristiwa Isra’ Mikraj merupakan hal terbaik untuk dilakukan oleh setiap muslim. Usaha ini menjadi urgen, mengingat keraguan sekecil apapun mengenai validitas peristiwa Isra’ Mi’raj ini, maka maka nota bene juga merupakan keraguan atas keotentikan wahyu Al-Qur’an, kitab suci Agama Islam (zsavanasthought.blogspot.com diunduh 3/1/2015) 
Perjalanan sejauh 1.500 km dalam semalam pada saat itu merupakan hal sulit dipahami. Karena perjalanan dengan menggunakan Unta di padang pasir membutuhkan waktu berhari-hari atau  bulanan. Bagi orang-orang yang tidak beriman tentu hal ini tidak menjadi mereka mempercayai apa yang dikatakan oleh Rasululllah, bahkan mereka semakin kafir. Sampai dengan saat ini kontroversi. Karena keyakinan dan iman perjalanan Isra’ Mikraj baru sebatas keyakinan, karena qur’an dan hadist rasulullah yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Perspektif ilmiah Al-Qur’an itu mencakup seluruh disiplin dan bidang ilmu pengetahuan modern apapun yang berkembang di dunia saat ini. Seperti astronomi, fisika, biologi sampai kepada ilmu kedokteran. Sehingga tanpa banyak disadari, semakin maju ilmu pengetahuan menemukan momentum baru bagi kemajuannya, maka semakin terbuktilah kebenaran dan keotentikan Al-Qur’an sebagai kitab suci (zsavanasthought.blogspot.com, diunduh 3/1/2015) 
Untuk dapat menyakinkan bahwa perjalanan tersebut benar, maka perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah atau secara empiris serta bukti-bukti ilmiah sehingga dapat menambah keyakinan dan menyakinan bagi orang-orang yang berfikir. Nabi Besar Muhammad SAW, memiliki pendapat dan meletakan ilmu pengetahuan yang begitu tinggi. Ternyata Rasulullah telah meletakan landasan empiris yang sangat kuat 14 Abad yang lalu dan sekarang akan dibuktikan secara empiris dengan ilmu pengetahuan modern. Bagaimana perjalanan Isra’ Mikraj dapat dibuktikan secara saint, dan pendekatan apa yang digunakan sehingga mampu memperkuat keimanan.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.[2] Sehingga sangat memungkinkan pendekatan ini dapat diterima secara akal atau secara empiris.
Sedangkan teori kuantum secara terminologi, kuantum atau "quantum" [jamak: quanta] dalam fisika, mengandung arti kantong, kadut, paket, atau bungkusan. Berdasarkan pada Teori Kuantum (Quantum Theory, QT, QUT) dalam fisika, tenaga atau energi hadir dalam satuan terpisah atau unit diskrit (discrete), sebagai paket energi yang disebut kuantum. Sebagai misal, kuantum dari tenaga cahaya atau energi radiasi elektromagnetik, dinamakan foton (photon), sedangkan dalam konteks tertentu, kuantum dari energi nuklir, dinamakan meson. (Achmad Firwany, makalah implikasi dualitas energi dan materi, 2012, Fine Art)
Penjelasan mengenai isra’ mikraj perlu terus di kaji dengan ilmu-ilmu modern, mengingat perjalanan ini sangat penting dalam Islam karena pada perjalanan itu Rasulullah mendapat perintah untuk mengerjkan sholat lima waktu sebagai salah satu rukun Islam.  Sholat merupakan perintah yang langsung diterima oleh Rasulullah tanpa perantaraan Malaikat Jibril seperti perintah lainnya. Oleh karena itu pengkajian isra dan mikraj menjadi sangat penting agar kita dapat menjelaskan secara empiris dan saintific disamping untuk mempertebal keimanan kepada Allah SWT.


[1] Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata: "Di antara sesuatu yang aneh tapi nyata adalah bahwa paman Nabi صلي الله عليه و سلم yang mendapati masa ke-Islam-an ada empat orang; dua orang tidak masuk Islam dan yang dua lagi masuk Islam. Nama dua orang yang tidak masuk Islam tersebut bukan lah nama muslim; yaitu Abu Thalib yang namanya Abdu Manaf dan Abu Lahab yang namanya Abdul 'Uzza. Hal ini berbeda dengan nama dua orang paman Rasul صلي الله عليه و سلم yang masuk Islam (nama asli mereka, nama muslim); yaitu Hamzah رضي الله عنه dan Al-Abbas رضي الله عنه. ("Fathul Bari" juz 7, hal.236)

Tidak ada komentar:

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia