Rabu, 16 Desember 2015

Psikologi Pembelajaran



1.        Psikologi Pembelajaran
a.        Filsafat dan Psikologi Pembelajaran
Psikologi juga didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Dengan demikian, ada tiga gagasan yaitu: saintifik, tingkah laku dan proses mental.[1]
Pembelajaran berlangsung melalui lima alat dria kita, yaitu: penglihatan (visual), pendengaran (auditory), pembauan (olfactory), rasa atau pengecap (taste) dan sentuhan (tactile). Dalam proses pembelajaran baik itu mata, telinga, hidung, dan lidah terlihat dapat proses pembelajaran.[2]
b.   Teori Behavioristik dan Pembelajaran
Pendekatan behaviorisme, lebih mengutamakan hal-hal yang nampak dari individu.[3] Tujuan pembelajaran harus bersifat “behavioral” atau berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan “measurable” atau dapat diukur.[4] Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.  Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon.  Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku.  Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian.  Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar.[5]
Kelemahan dari teori ini adalah proses pembelajaran berlangsung terpusat pada guru, metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan[6], hal sesuai dengan karakter mata pelajaran fisika yang membutuhkan praktek sehingga proses pembelajaran menjadi  bermakna.

c.       Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.[7]
Dalam proses pembelajaran, ingatan jangka pendek tidak penting, karena dalam proses pembelajaran yang diperlukan adalah ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang dapat diingat kembali, terdapat lima bentuk utama yaitu                           (1) pengetahuan deklaratif (2) pengetahuan procedural (3) imegeri (4) steretype  dan (5) skema.[8]
Setidaknya ada 6 langkah yang dapat dilakukan agar peserta didik dapat melakukan pembelajaran kontruktivis sehingga dapat membangun pengetahuan sendiri dan dapat bertahan lama. (a) mendorong kemandirian dan inisiatif peserta didik dalam belajar (b) guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada peserta didik untuk merespon (c) mendorong peserta didik berfikir tingkat tinggi (d) peserta didik terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan peserta didik lainnya (e) peserta didik terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskuri (f) guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif.[9]
Dikatakan juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya memenuhi beberapa prinsip, yaitu: (a) menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan;                       (b) pembelajaran dilaksanakan dengan mengkaitkan kepadakehidupan nyata;               (c) pembelajaran dilakukan dengan mengkaitkan kepada kenyataan yang sesuai;             (d) memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran; (e) pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik;                    (f) pembelajaran menggunakan barbagia sarana; g) melibatkan peringkat emosional peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta didik (Knuth & Cunningham,1996)[10]
Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model- model yang dibangkitkan oleh peserta didik sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan peserta didik, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan peserta didik, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual[11]

Tidak ada komentar:

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia