1.
Psikologi
Pembelajaran
a.
Filsafat
dan Psikologi Pembelajaran
Psikologi juga didefinisikan sebagai
kajian saintifik tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Dengan
demikian, ada tiga gagasan yaitu: saintifik,
tingkah laku dan proses mental.[1]
Pembelajaran berlangsung melalui lima
alat dria kita, yaitu: penglihatan (visual),
pendengaran (auditory), pembauan (olfactory), rasa atau pengecap (taste) dan sentuhan (tactile). Dalam proses pembelajaran
baik itu mata, telinga, hidung, dan lidah terlihat dapat proses pembelajaran.[2]
b.
Teori Behavioristik dan Pembelajaran
Pendekatan behaviorisme,
lebih mengutamakan hal-hal yang nampak dari individu.[3]
Tujuan pembelajaran harus bersifat “behavioral”
atau berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan “measurable” atau dapat diukur.[4]
Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat
berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah
mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan
perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar.[5]
Kelemahan dari teori ini adalah proses
pembelajaran berlangsung terpusat pada guru, metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan[6],
hal sesuai dengan karakter mata pelajaran fisika yang membutuhkan praktek
sehingga proses pembelajaran menjadi
bermakna.
c. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.[7]
Dalam proses pembelajaran, ingatan
jangka pendek tidak penting, karena dalam proses pembelajaran yang diperlukan
adalah ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang dapat diingat kembali,
terdapat lima bentuk utama yaitu (1) pengetahuan
deklaratif (2) pengetahuan procedural (3) imegeri (4) steretype dan (5) skema.[8]
Setidaknya ada 6 langkah yang dapat
dilakukan agar peserta didik dapat melakukan pembelajaran kontruktivis sehingga
dapat membangun pengetahuan sendiri dan dapat bertahan lama. (a) mendorong
kemandirian dan inisiatif peserta didik dalam belajar (b) guru mengajukan
pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada peserta
didik untuk merespon (c) mendorong peserta didik berfikir tingkat tinggi (d) peserta
didik terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan peserta didik
lainnya (e) peserta didik terlibat dalam pengalaman yang menantang dan
mendorong terjadinya diskuri (f) guru menggunakan data mentah, sumber-sumber
utama dan materi-materi interaktif.[9]
Dikatakan
juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya memenuhi
beberapa prinsip, yaitu: (a) menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan
peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan; (b) pembelajaran dilaksanakan
dengan mengkaitkan kepadakehidupan nyata; (c) pembelajaran dilakukan dengan
mengkaitkan kepada kenyataan yang sesuai; (d) memotivasi peserta didik untuk aktif dalam
pembelajaran; (e) pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada
kehidupan social peserta didik; (f) pembelajaran menggunakan
barbagia sarana; g) melibatkan peringkat emosional peserta didik dalam
mengkonstruksi pengetahuan peserta didik (Knuth & Cunningham,1996)[10]
Pembelajaran
lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi,
hipotesis, dan model- model yang dibangkitkan oleh peserta didik sendiri.
Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik,
yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik,
(2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai
pandangan peserta didik, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap
kebutuhan peserta didik, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual[11]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar