Jumat, 24 Desember 2010

Teknik Pengelolaan Kelas


A.    Moving Class
Moving kelas merupakan penerapan teknik pembelajaran kinestis yang diilhami pembelajaran ‘kuantum teaching’ dimana bahwa pada perubahan suasana akan menggairahkan proses pembelajaran di dalam kelas. Perjalanan peserta didik dari satu kelas ke kelas yang baru memberikan aliran darah dan udara segar ke bagian punggung sehingga otak mendapat suplay oksigen yang mencukupi sehingga kembali menjadi ‘fresh’. Perencanaan sebuah moving kelas berdasarkan pengalaman dari beberapa sekolah ternama di Indonesia seperi SMA Taruna Nusantara, ‘moving kelas dapat berjalan dengan baik jika jumlah minimal dari ruang kelas adalah ½ dari jumlah guru disekolah yang bersangkutan’. Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan menyulitkan.


B.     Musik Klasik di kelas-kelas
Musik klasik dalam suasana belajar juga merupakan implementasi dari pembelajaran “Kuantum Teaching” bahwa pola pemberian musik pada saat belajar akan memberikan gairah dalam proses pembelajaran. Hanya saja perlu dicarikan musik-musik yang tidak mengganggu pendengaran tetapi menjadikan suasana ruang kelas menjadi nyaman. Musik-musik sebaiknya menggunakan musik instrumentalia atau musik-musik klasik. Dalam perkembangannya seperti yang diterapkan di SMA Muthohari Bandung, musik ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelas dan suasana pembelajaran pada saat itu, apa suasana yang diharapkan tenang dan hening atau bergairan dan penuh semangat. Misalnya suasana siswa dikelas yang sedang mengerjakan soal-soal matematika maka di dengarkan musik instrumentalia Keny G atau Bethopen. Sedangkan suasana kelas yang sedang membahas materi tentang Reformasi perlu dicarikan musik yang memberikan semangat dan gairah sebagai pembaharu.

C.    Menata Ruang Kelas
Dalam pembelajaran bidang IPA seperti Fisika, Kimia, Biologi suasana kelas sering mengalami perubahan sesuai dengan materi seperti pembelajaran berkelompok praktikum, pengerjaan soal atau diskusi antar kelompok. Pengembangan dan perubahan kelas baik yang moving kelas atau yang tidak dapat dilakukan penataan terhadap ruang kelas secara bertahap.
Kelas di Indonesia dikenal sebagai kelas klasik yang sudah berjalan sejak zaman Belanda hingga sampai sekarang masih tidak mengalami perubahan.




Kelas klasik seperti di atas banyak sekali antara lain, sulitnya siswa berinteraksi sesama teman karena semua hanya tertuju pada papan tulis dan terpusat kepada guru. Alternatif perubahan-perubahan yang dapat dilakukan seperti gambar berikut ini sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran pada saat itu.
Gambar 2 Bentuk U




Model  U dapat digunakan untuk diskusi secara klasikal dengan penyaji satu kelompok. Rancangan kelas harus memperhatikan aspek : tatapan muka antar siswa harus sebanyak mungkin sehingga akan membangun interaksi mereka, susunan meja kursi tidak mengganggu mobilitas siswa untuk melakukan aktivitas, sehingga waktu menjadi efisien.


Gambar 3 : Meja Konferensi
Model kelas Konferensi cocok digunakan untuk kerja sama diskusi dengan pembagian materi dalam sehingga model kelas ini dapat di kombinasikan dengan model pembelajaran Jiqsaw yang akan di bahas kemudian. Cocok juga untuk kelas-kelas dengan alat seperti mesin tik, komputer atau alat-alat yang lain yang jumlahnnya memenuhi untuk semua peserta pembelajaran.
Gambar 4: Kelas Formasi Pangkat



Gambar 5: Kelas Auditorium




Kelas Formasi pangkat dan audiorium cocok digunakan untuk penyajian materi oleh suatu kelompok secara bergantian, jika kelompok pangkat sebaiknya digunakan untuk diskusi dengan kelompok yang maju lebih dari 2 orang, sedangkan kelas auditorium di khususkan untuk diskusi dengan jumlah orang yang maju maksimal 2 orang 1 orang sebagai penyaji dan 1 orang sebagai moderator.
Gambar 6: Kelas Ruang Kerja Berpasangan




Ruang kelas kerja berpasangan dikhususkan untuk kerja secara berkelompok dengan jumlah peserta dalam kelompok 2 orang, orang pertama berinteraksi dengan orang kedua, sedangkan posisi tidak berhadapan dimaksudkan supaya tidak bertatapan langsung, diusahakan dalam satu kelompok terdiri dari jenis kelamin yang sama untuk menghindari rasa ’malu’. Kelas seperti ini sangat cocok untuk mendukung model pembelajaran berganti berpasangan beruntun yang dikhususkan untuk mengerjakan soal yang jumlahnya cukup banyak.
Gambar 7 : Kelas Laboratorium



 
Kelas laboratorium biasa di terapkan di laboratorium seperti kerja untuk Fisika, Kimia, dan Biolgi, pada penyusunan ini anggota kelompok diusahakan ganjil dan jumlah tidak lebih dari 5 anak, 5 anak adalah kelompok yang paling ideal untuk kerja di laboratorium.
Kelas-kelas seperti di atas adalah suatu kelas alternatif sebagai pengganti susunan kelas klasik yang masih banyak dipakai diruang kelas. Kelas-kelas di atas dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan keadaan kelas dan sekolah masing-masing.
Perubahan lain untuk mendukung pembelajaran KBK adalah warna cat pada setiap ruang kelas disesuaikan dengan model kelas, model kelas Fisika tentunya mempunyai ’GREG’ yang berbeda dengannn model kelas ’PAI’.
Perlu juga dibuatkan gambar-gambar yang berbetuk lancip pada sisi-sisi ruangan, karena secara filosofi bentuk gambar lancip , benda dan lain-lain akan memberikan tuntunan ’kecerdasan’ pada anak.

Tidak ada komentar:

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia