Kamis, 18 Februari 2010

Teory Vigotsky


1.      Teori Vygotsky
Lev Vygotsky lahir dan hidup di Rusia (1896 – 1934) hampir bersamaan dengan Piaget. Vygotsky meninggal pada usia muda pada usia 37 tahun. Tahun 1960-an baru karya Piaget dan Vygotsky diterjemahkan dalam Bahasa Inggris.  Mulai saat itu pendapat Vygotsky mulai di kenal dan diterapkan di Amerika serikat. Pada saat itu para psikolog Amerika Serikat tertarik dengan pendapat-pendapat Vygotsky.

2.      Asumsi Vygotsky
Ada tiga hal yang menjadi inti dari pendapat Vygotsky yaitu :
1.      keahlian kognitif anak akan dipahami apabila dianalisis dan diinterprestasikan secara developmental
2.      kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentranspormasikan aktivitas mental
3.      Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural
Menurut Vygotsky hal yang pertama, menggunakan pendekatapan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transpormasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Jadi tindaknya mental tertentu seperti menggunakan ”ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat dengan tepat dan dievaluasi sebagai langkah dalam perkembangan bertahap.
Hal kedua Vygotsky yaitu untuk memahami fungsi kognitif kitas harus memeriksa alat yang menjadi perantara dan pembentuknya. Menurutnya bahasa merupakan alat yang penting. Bahasa digunakan untuk membantu anak dalam untuk merancang aktivitas dan memecahkan masalah.
Hal yang ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur. Menutur Vygotsky perkembangan anak tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sosial kultural. Dia percaya bahwa perkembangan memory, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori. Dalam satu kultur, mungkin pembelajaran menggunakan komputer tetapi di kultur yang lain berhitung menggunakan jari tangan. Pandangan Vygotsky dapat dipahami bahwa pengetahuan dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Artinya lingkungan yang mencakup obyek, artefak, alat, buku dan komunitas di mana orang berada. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan interaksi sosial dengan orang lain melalui kegiatan bersama.

3.      ZPD (Zone Of Proximal Development)
Vygotsky mengajukan gagasan yang unik tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini berasal dari situasi pandangan ketiga mengenai sosial kultural. Ide unik ini adalah tentang Zone Of Proximal Development (ZPD).
ZPD merupakan serangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai siswa secara sendirian, tetapi dapat dikuasai dengan bantuan guru atau orang yang lebih dewasa atau orang yang lebih mampu. Ada dua batas yang ada pada ZPD yaitu batas bawah dan batas bawah. Batas bawah adalah batas problem yang dapat dipecahkan oleh anak, sedangkan batas atasnya adalah tanggung jawab atau tugas tambahan yang diperoleh anak dengan bantuan guru, instruktur atau anak yang lebih mampu.
Dalam konsep pembelajaran ZPD, dalam ruang-ruang kelas dapat terdiri dari berbagai siswa dengan berbagai usia, diharapkan dalam proses ini siswa yang lebih dewasa atau lebih mampu dapat membantu siswa usianya ada di bawahnya. Sedangkan yang paling dewasa dapat dibantu oleh instruktur atau oleh guru di kelas tersebut. Contoh lain dari ZPD adalah adanya tutor teman sebaya.

4.      Scaffolding
Scaffolding erat kaitnnya dengan gagasan ZPD, sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau siswa yang lebih mampu) menyesuaikan bimbingan dengan kemampuan murid yang telah dicapai. Di awal-awal pembelajaran guru atau siswa yang lebih mampu dapat melakukan bimbingan langsung, semakin tinggi level kemampuan anak maka bimbingan yang diberikan akan semakin sedikit.
Dalam proses scaffolding, dialog merupakan hal yang penting. Vygotsky juga menganggap bahwa punya konsep yang kaya tetapi tidak sistematis, tidak teratur, dan spontan. Siswa akan memiliki konsep yang sistematis, teratur, logis dan rasioal jika ada guru, orang dewasa, orang yang lebih mampu membimbingnya.

5.      Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan, dan memonitor perilaku dengan cara mereka sendiri yang dinamakan pembicaraan batin (inner speech). Kita sering memperhatikan bahwa anak-anak sering berbicara sendiri dan seolah berbicara dengan orang lain. Menurut Vygotsky hal ini merupakan pembicaraan batin, tetapi menurut Piaget hal ini menunjukan bahwa anak tersebut belum dewasa.
Pola pembicaraan bantu (inner speech) merupakan transisi awal untuk lebih komunikatif sosial. Menurut Vygotsky bahwa bahasa merupakan bentuk dan berbasis sosial. Menurut beberapa penelitian, inner speech yang diungkapkan oleh Vygotsky memang merupakan faktor perkembangan anak (Winsler, Diaz & Motero, 1997)

6.      Menerapkan Teori Vygotsky untuk Pendidikan Anak
Secara umum baik pendapat Piaget maupun pendapat Vygotsky merupakan pendapat pembelajaran kontruktivis, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membentuk pengetahuan dengan proses mereka sendiri. Pembentukan pengetahuan dengan kontruktivis terbukti bertahan lebih lama dan dapat mendewasakan peserta didik.
Dalam menerapkan Teory Vygotsky maka ada beberapa tahapan:
1)      gunakan zone of proximal development
2)      gunakan teknik scaffolding
3)      gunakan kawan sesama murid sebagai guru
4)      dorong pembelajaran kolaboratif, pembelajaran yang melibatkan komunitas pembelajaran di lingkungannya
5)      pertimbangan kontek kultur dalam pembelajaran
6)      pantau dan dorong anak-anak untuk menggunakan private speech atau inner speech
7)      Nilai ZPD tidak tergantung IQ
Dari hal diatas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran yang menggunakan Teory Belajar Vygotsky menggunakan prinsip pembelajaran kelompok atau pembelajaran dengan pembimbingan. Saat ini memang di Indonesia sedang berkembang pembelajaran dengan model kelompok dan model pembelajaran langsung.
Model pembelajaran kelompok mengutamakan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lain serta dengan pembimbing atau guru dalam kelas yang bersangkutan. Dengan interaksi maka akan terjadi pembelajaran sesuai dengan ZPD atau Scaffolding. Siswa yang lebih mampu dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang mampu dalam penguasaan materi. Demikian juga guru dapat dijadikan sebagai tutor untuk materi yang tidak dikuasai siswa. Prinsip guru sebagai tutor merupakan salah satu ciri dari model pembelajaran langsung.
Secara sosial teory Vygotsky memang penting untuk dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan rasa sosial diantara peserta didik, dengan demikian maka akan timbul saling menghargai antara satu siswa dengan siswa yang lain. Dalam lingkup yang lebih besar akan menghasilkan sikap toleran yang lebih baik di antara kita.

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia