Kamis, 01 Februari 2018

Belajar Aktif (Bagia-1)


Pengembangan pendekatan belajar aktif secara serius mulai dilakukan pada tahun 1979 yang dikenal dengan nama Proyek Supervisi Cianjur, Jawa Barat. Proyek ini dilaksanakan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Depdikbud bekerja sama dengan Ditjen Dikdasmen dan sejumlah IKIP Negeri. Proyek ini merupakan perwujudan kerja sama antara Depdikbud dengan Pemerintah Inggris, yang dikelola oleh The British Council. Cikal bakal pengembangan pendekatan belajar ini sebenarnya telah dirintis oleh P3G (Pusat Penataran Pendidikan Guru) dan sekarang menjadi P4TK, yang dimulai dari mata pelajaran IPA sekitar tahun 1970-an. Hasil-hasil Proyek Supervisi Cianjur kemudian diintegrasikan ke dalam pengembangan Kurikulum 1984.
Kemudian, hasil-hasil proyek ini direplikasi di 7 kabupaten/kotamadya di Indonesia. Bersamaan dengan itu, dilakukan pula diseminasi hasil-hasil tersebut melalui penataran yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Dasar, Ditjen Dikdasmen. Apa yang dilakukan di tingkat SD membawa dampak pula bagi pengembangan pendekatan belajar aktif di tingkat SMP, SMA, SMK, dan pendidikan nonformal serta madrasah walaupun dengan istilah berbeda dan dilaksanakan dengan sistem dan program yang berbeda pula. Selanjutnya, hasil-hasil pengembangan pendekatan belajar aktif diintegrasikan dalam pengembangan Kurikulum 1994.

Pada tahun 1999 Direktorat Sekolah Dasar, Ditjen Dikdasmen, yang didukung narasumber dari Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, bekerja sama dengan UNICEF dan UNESCO memprakarsai rintisan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) serta partisipasi masyarakat. Program ini dikenal dengan nama MBS PAKEM, bahkan saat ini berkembang dengan istilah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenagkan). Program yang dimulai pada beberapa kabupaten di 3 provinsi ini segera menyebar ke provinsi-provinsi lain melalui dukungan berbagai NGO dan mendapatkan tanggapan yang positif dari berbagai dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota. Melalui upaya ini implementasi MBS-PAKEM telah masuk ke dalam sistem pendidikan nasional.

Dewasa ini secara umum dapatlah dikatakan bahwa upaya pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas serta pembina di bidang pendidikan daerah dalam melaksanakan belajar aktif lebih luas dilakukan pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta madrasah. Sejalan dengan penyebaran gagasangagasan MBS-PAKEM, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas telah mengintegrasikan pendekatan belajar aktif ke dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, yang kemudian dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai tahun 2006. Di Indonesia pendekatan belajar aktif sebenarnya telah cukup lama diperkenalkan pada pendidikan formal maupun nonformal, baik sekolah maupun madrasah. Secara khusus di tingkat SMP sejak tahun 2001/2002 telah mulai diimplementasikan pendekatan belajar aktif dengan nama Contextual Teaching and Learning (CTL). Di tingkat SMA, SMK, pendidikan nonformal (Program Paket A, B, dan C) dan madrasah walaupun dengan istilah yang berbeda dan belum dikembangkan secara tersistem, namun telah menekankan pula pendekatan belajar aktif.

Tidak ada komentar:

Mahfud MD (Ketua MK)

Adsense Indonesia